MOBILITAS SOSIAL
Adanya
pelapisan sosial dalam masyarakat
menjadikan masyarakat terbagi dalam kelas-kalas sosial tertentu antara
lain kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Namun, masyarakat tidaklah
statis. Masyarakat selalu bergerak dan berubah. Perubahan tersebut dapat berupa
peningkatan, penurunan maupun pergeseran status dan peran. Dalam sosiologi,
gerak sosial seperti itu disebut mobilitas sosial.
A. Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial
menurut Paul B. Horton, diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari satu
kelas sosial ke kelas sosial lainnya, atau gerak gerak pindah dari strata satu
ke strata lainnya. Secara nyata kehidupan dalam masyarakat tidaklah sama. Ada
yang miskin, ada yang kaya, ada yang memiliki kedudukan tinggi, ada pula yang
memiliki kedudukan rendah. Perbedaan tersebut mendorong manusia untuk meningkatkan
taraf hidupnya agar dapat naik kestrata yang lebih tinggi, terutama bagi mereka
yang berada di strata bawah. Dengan kal, manusia berusaha agar harapan dan
keinginanya untuk meningkatkan status tercapai sehingga ia dapat hidup lebih
baik.
Dalam dunia
modern banyak orang berupaya meningkatkan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa
hal tersebut membuat orang menjadi lebih sejahtera dan memungkinkan mereka
melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok bagi diri mereka. Jika tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar
belakang berbeda, mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam
mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Jika tingkat mobilitas sosial
rendah, tentu saja banyak orang akan terkungkung dalam status nenek moyang
mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.
Jika kita
berbicara tentang mobilitas sosial, biasanya kita berpikir tentang perpindahan
dari satu tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Sesungguhnya
mobilitas sosial dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagian orang mencapai
status yang lebih tinggi, dan sebagian orang lagi mengalami kegagalan atau
mengalami mobilitas menurun. Ada pula orang-orang yang tetap tinggal pada
status yang dimiliki oleh orang tua mereka, atau tidak mengalami mobilitas
sosial.
Mobilitas sosial
memiliki kaitan dengan stratifikasi sosial. Arah gerak mobilitas sosial dapat
secara horizontal maupun vertikal. Gerak sosial lebih mudah terjadi pada
masyarakat terbuka karena lebih mungkin untuk berpindah strata. Sebaliknya pada
masyarakat yang sifatnya tertutup, kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.
B. Bentuk Mobilitas Sosial
1.
Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial
horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Dalam mobilitas
sosial ini, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang, misalnya
peralihan kewarganegaraan atau pekerjaan. Contoh, pak ahmad pada awalnya adalah
seorang guru matematika di SMK. Oleh karena merasa tidak cocok di tempat
kerjanya, ia memutuskan untuk pindah menjadi guru matematika di SMA. Dari
contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa pada diri pak Nano tidak ada perubahan
status. Ia tetap sebagai guru pengajar matematika di sekolah yang sederajat.
2. Mobilitas
sosial Vertikal
Mobilitas
sosial Vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu
kedudukan sosial tertentu ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat.
Sesuai dengan arahnya maka terdapat dua jenis mobilitas yaitu, mobilitas sosial
vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal kebawah
(social sinking).
Mobilitas
sosial keatas memiliki dua bentuk yang utama.
a) Masuk
dalam kedudukan yang lebih tinggi.
Hal ini ditandai dengan
masuknya individu-individu yang berkedudukan rendah ke dalam kedudukan yang
lebih tinggi. Contoh, pak Ahmad adalah seorang guru Sosiologi di salah satu
SMA. Oleh karena memiliki persyaratania diangkat menjadi kepala sekolah. Jadi
pak Ahmad telah memasuki kedudukan yang lebih tinggi.
b) Membentuk
kelompok baru
Pada bentuk ini terjadi
pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada derajat yang
lebih tinggi dari pada kedudukan individu pembentuk kelompok tersebut. Contoh
pembentukan dewan pembina dalam struktur organisasi yang dulunya tidak ada
dalam struktur kepengurusan. Sebagai contoh, pak Ahmad adalah anggota salah
satu organisasi. Dia sangat aktif. Karena keaktifannya dia dan beberapa
kawannya yang sama-sama aktif diberi kehormatan oleh seluruh anggota organisasi
tersebut untuk diangkat menjadi dewan pembina.
Mobilitas sosial
vertikal kebawah mempunyai dua bentuk utama.
a) Turunnya
kedudukan
Pada bentuk ini,
kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah. Contoh,
·
seorang pengusaha yang menggeluti bisnis
perumahan tiba-tiba bangkrut. Banyak pelanggan yang tidak bisa melunasi
utangnya. Kemuian pengusaha itu membuka warung kelontong dengan membeli kios di
pasar inpres.
·
Seorang prajurit yang dipecat karena
lari meninggalkan dinas ketentaraannya
·
Seorang karyawan salah satu perusahaan
diberhentikan dengan tidak hormat karena malakukan korupsi
b) Turunnya
derajat kelompok
Pada bentuk ini, derajat
sekelompok individu dan kelompok merupakan salah satu kesatuan. Contoh,
penurunan derajat kelompok adalah penurunan masyarakat terhadap bangsawan,
karena perubahan sistem pemerintahan dari monarki ke republik.
3. Mobilitas
Antargenerasi, Intragenerasi dan Gerak Sosial Geografis
Mobilitas
sosial, selain dapat bergerak vertikal dan horizontal, juga dapat bergerak
keturunan. Berikut ini kita akan mempelajari mobilitas antar generasi dan
mobilitas intragenerasi, serata gerak sosial geografis.
a. Mobilitas
antargenerasi
Secara
umum, mobilitas antargenerasi berarti mobilitas dua generasi atau lebih,
misalanya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya.
Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik maupun turun
dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu
sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi
lainnya. Sebagai contoh, Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya
menamatkan pendidikannya hingga Sekolah Dasar, tetapi ia berhasil mendidik
anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh itu menunjukan telah terjadi
mobilitas vertikal antar generasi.
b. Mobilitas
intragenerasi
Mobilitas
ini adalah peralihan status sosial yang terjadi dalam satu generasi yang sama. Mobolitas
intragenerasi adalahmobilitas yang terjadi dalam satu kelompok genrasi
yangsama. Contohnya adalah gerak sosial yang terjadi pada masa kemerdekaan.
Kemerdekaan memberikan peluang yang besar bagi masyarakat untuk berpindah
status.
Berikut
ini, contoh mobilitas intragenerasi.
·
Banyak mantan pejuang kemerdekaan yang
beralih profesi menjadi pengusaha.
·
Pemuda angkatan 90-an memiliki
kesempatan yang luas untuk mengembngkan iptek karena hidup di tengah-tengah era
globalisasi dan industrialisasi
c. Gerak
sosial geografis
Gerak
sosial geografis adalah perpindahan individu ataukelompok dari satu daerah ke
daerah lain, misalnya transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
Contoh
gerak sosial geografis adalah sebagai berikut
·
Banyak warga masyarakat desa yang
dulunya petani mengadu nasib si kota-kota besar, tetapi sekarang menjadi
pedagang, sopir, dan pembantu rumah tangga
·
Banyak warga di sekitar gunung berpi
pindah ke daerah pantai karena gunung itu akan meletus.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas
Sosial
Kita telah mengenal
bentuk-bentuk mobilitas sosial. Pertanyaannya sekarang, apa saja faktor yang
mendorong dan menghambat terjadinya mobilitas sosial?
1.
Faktor
Pendorong Mobilitas Sosial
a. Perubahan
Kondisi Sosial
Struktur kasta
dan kelas dapat berubah dengan sendirinya, misalnya karena masyarakat berubah
pandangan menjadi lebih terbuka. Kemajuan teknologi juga dapat membuka
kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Selain itu, perubahan stratifikasi
baru.
b. Ekspansi
Teritorial (Peluasan Daerah) dan Gerak Populasi
Ekspansi sosial
dan perpindahan pendudukmisalnya karena perkembangan kota dan transmigrasi
dapatmendorong terjadinya mobilitas sosial.
c. Komunikasi
yang bebas
Komunikasi yang
terbatas antaranggota masyarakat akan menghambat mobilitas sosial. Sebaliknya,
komunikasi yang bebas dan efektif akan memudarkan semua garis batas
antaranggota sosial yang ada di masyarakat. Hal itu akan merangsang terjadinya
mobilitas sosial.
d. Pembagian
kerja
Besarnya
kemungkinan terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang
ada. Pembagian kerja berhubungan dengan spesifikasi jenis pekerjaan.
Spesifikasi pekerjaan menuntut keahlian khusus. Semakin spesifik pekerjaan yang
ada di masyarakat, semakin sedikit pula kemungkinan individu berpindah dari
pekerjaan satu ke pekerjaan lain. Akibatnya semakin kecillah kemungkinan
terjadi mobilitas sosial.
e. Tingkat
fertilitas (kelahiran) yang berbeda
Kelompok
masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah
cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain masyarakat
kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka
kelahiran. Pada saat itu orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang
lebih rendah memiliki kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki
kualitas keturunan. Dalam situasi seperti itu mobilitas sosial dapat terjadi.
f. Situasi
politik
Kondisi politik
suatu negara yang tidak stabil memungkinkan
banyak penduduknya yang mengungsi atau pindah sementara ke negara lain yang
lebih aman. Sebagai contoh, ketika di Indonesia terjadi Reformasi,
dikhawatirkan kondisi negara kacau balau. Sebagian kecil penduduk Indonesia
pindah ke daerah atau negara yang dianggap aman. Contoh lainnya ketika Israel
menyerang Lebanon, sebagian besar penduduk Lebanon mengungsi ke negara tetangga
untuk menghindari jatuhnya korban jiwa.
2.
Faktor
Penghambat Mobilitas Sosial
Proses
perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya tidaklah mudah. Ada
beberapa faktor yang penting yang justru menghambat perpindahan tersebut.
a. Perbedaan
rasial dan agama
Mobilitas sosial
dapat terhambat karena faktor ras dan agama. Perbedaan ras menimbulkan
perbedaan status sosial. Berikut contohnya:
·
Perbedaan tingkat ras yang pernah
terjadi di Afrika Selatan. Ras kulit putih berkuasa dan tidak memberi
kedempatan ras berkulit hitam berada di pemerintahan sebagai penguasa. Namun,
setelah politik Apharteid berakhir, Nelson Mandela dari kalangan kulit hitam
menjadi presiden afrika Selatan
·
Sistem kasta di India. Sistem tersebut
tidak memungkinkan seseorang yang berasal dari kasta rendah dapat naik ke kasta
yang paling tinggi.
·
Dalam agama seseorang tidak dibenarkan
dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak
hatinya berpindah agama untuk mencapai status tertentu.
b. Diskriminasi
kelas dalam sistem kelas terbuka
Diskriminasi
kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas keatas. Hal itu terbukti dengan adanya pembatasan
keanggotaan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan,
misalnya jumlah DPR dibatasi hanya 500 orang.
c. Kelas-kelas
sosial
Kelas sosial
dapat menjadi subkultur tempat individu berkembang dan mengalami proses
sosialisasi. Hal ini menjadi pembatas mobilitas sosial keatas. Misalnya,
anak-anak dari kelas ekonomi rendah cenderung hidup dalam lingkungan, nilai dan
pola pikir yang umumnya ada dalam masyarakat kelas rendah. Pengaruh sosialisasi
yang kuat dari lingkungannya tersebut cenderung mengukuhkan sang anak untuk
hidup dengan pola pikir masyarakat kelas rendah.
d. Kemiskinan
Kemiskinan dapat
membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai stastus
sosial tertentu. Sebagai contoh, Ahmad memutuskan untuk tidak melanjutkan
sekolahnya karena kedua orang tuanya tidak bisa membiayai.
e. ‘ `
Perbedaan jenis
kelamin berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan
kesempatan-kesempatan untuk maju. Pria dipandang lebih tinggi derajatnya dan
cenderung menjadi lebih mudah mengalami gerak sosial daripada wanita. Sebagai
contoh, wanita yang hidup di desa yang masih sederhana merasa bahwa perannya
hanyalah sebagai ibu rumah tangga. Hal itu dipengaruhi oleh pandangan yang umum
ada pada masyarakatnya.
D. Cara Melakukan Mobilitas Sosial Dan
Salurannya
1.
Cara
mobilitas sosial
a.
Perubahan standar hidup
Kenaikan
penghasilan tidak menaikkan status secara otomatis tetapi akan merefleksikan
suatu standar hidup yang lebih tinggi. Hal itu akan mempengaruhi peningkatan
status
b. Perubahan
tempat tinggal
Untuk
meningkatkan status sosia, seseorang dapat berpindah tempat tinggal ketempat
yang lebih baik, dengan fasilitas lingkungan sosial dan keamanan yang lebih
baik. Sebagai contoh, awalnya seseorang tinggal di Perumnas. Kemudian pindah di
perumahan Real estate. Dia menjalani suatu standar hidup tertentu yang sesuai
dengan kelas san lingkungan yang baru.
c. Perubahan
tingkah laku
Untuk
mendapatkan status sosial yang lebih tinggi, orang berusaha menaikkan status
sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai
kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, melainkan juga pakaian, ucapan, minat dan
sebagainya. Dia merasa dituntut untk mengaitkan diri dengan kelas yang
diinginkannya.
Contohnya adalah
seseorang yang mengubah tingkah lakunya agar diteima dalam lingkungan kelas
atas. Agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan
lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang rapi dan terkesan mewah. Jika bertemu
dengan kelompoknya, ia pun berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah bahasa
asing.
d. Perubahan
nama
Dalam suatu
masyarakat nama diidentifikasikan dengan posisi sosial tertentu. Gerak sosial
ke atas dapat dilakukan denganc cara mengubah nama diri menjadi nama yang
menunjukkkan posisi sosial yang lebih tinggi. Sebagai contoh, dikalangan
masyarakat feodal jawa, terdapat sebutan “kang” untuk lelaki biasa. Jika lelaki
itu diangkat sebagai pengawas pamong praja, sebutan “kang” berubah menjadi
“raden” sesuai dengan kedudukannya yang baru.
e. Pernikahan
Peningkatan
status sosial ke tingkat yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui pernikahan.
Sebagai contoh, seseorang yang berasal dari keluarga yang sangat sederhana
menikah dengan orang dari kalangan keuarga terpandang dan kaya di
masyarakatnya. Pernikahan itu dapat meningkatkan status orang tersebut.
f. Bergabung
(berafiliasi) dengan asosiasi tertentu
Seseorang dapat
meningkatkan statusnya dengan bergabung pada salah satu organisasi tertentu.
Contohnya, orang-orang yang tidak berpendidikan dapat bergabung dengan ormas-ormas
tertentu. Setelah bergabung dengan ormas ia menyadari potensi dalam dirinya.
Akhirnya ia diangkat menjadi ketua dalam organisasi itu dan menjadi populer di
masyarakat. Dengan demikian, status sosialnya telah berubah
2.
Saluran
mobilitas sosial
a. Angkatan
bersenjata
bersenjata merupakan bentuk organisasi yang
dapat digunakan untuk saluran mobilitas sosial vertikal keatas melalui tahapan
yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit akan mandapat
penghargaan dari negara karena berjasa telah menyelamatkan negara dari
pemberontakkan. Di Indonesia cukup banyak prajurit menduduki jabatan sebagai
bupati, gubernur atau walikota.
b. Lembaga-lembaga
keagamaan
Seorang ulama
sering dihormati, meskipun ia tidak memilii pendidikan tinggi. Demikian juga
dengan pastor, pendeta dan kedudukan dalam keagamaan lainnya.
c. Lembaga
pendidikan
Lembaga-lembaga
pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang kongkret untuk melakukan
mobilitas vertikal keatas. Bahkan lembaga pendidikan sering dianggap sebagai
sosial elevator (perangkat) yang dapat mengangkat seseorang dari kedudukan yang
rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Contoh, seorang anak nelayan dapat
mengenyam sekolah kejenjang yang tinggi. Setelah lulus ia mendapatkan ijasah.
Akhirnya ia bekerja sesuai dengan keahliannya. Contoh itu menunjukkan bahwa
melalui pendidikan disekolah, seseorang dapat menaikkan derajatnya dan meraih
masa depan yang lebih baik.
d. Organisasi
politik
Seorang anggota
partai politik yang pandai, punya dedikasi tinggi dan loyal terhadap partainya
kemungkinan akan cepat mendapatkan kedudukan dala partainya. Bahkan ia
berpeluang menjadi anggota DPR/MPR. Pada negara-negara yang menganut demokrasi,
organisasi politik mempunyai peranan yang penting. Agar seorang dapat terpilih
menjadi wakil rakyat, ia harus memiliki kepribadian yang baik. Peluang jabatan
yang ada dalam organisasi politik membuat organisasi tersebut berfungsi sebagai
saluran mobilitas sosial.
e. Organisasi
ekonomi
Organisasi ekonomi mempunyai
peranan penting sebagai saluran gerak sosial vertikal ke atas. Ukuran yang
menjadi dasar saluran gerak sosial ini biasanya berupa kekayaan. Oleh karena
itu organisasi ekonomi seperti BUMN, Persero atau PT dapat menjadi saluran
untuk terjadinya mobilitas vertikal keatas.
f. Organisasi
keahlian
Organisasi
keahlian merupakan wadah bagi mereka yang memiliki keahlian tertentu. Melalui
organisasi keahlian, orang dapat menjadi
terkenal dan menduduki lapisan atas di masyarakat lingkungannya. Contoh,
organisasi keahlian ICM, IDI, Persatuan seniman, persatuan sastrawan dan ikatan
ahli hukum
g. Saluran
pernikahan
Sebuah
pernikahan dapat menaikkan status seseorang. Seseorang yang menikah dengan
orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh
pasangannya. Konsekuensi mobilitas sosial vertikal keatas dapat berdampak
positif maupun negatif. Pada masyarakat terbuka (demokrasi), mobilitas
memungkinkan orang dapat mencapai jenjang yang lebih tinggi. Hal itu dapat
terjadi melalui persaingan. Jika status sosial tertentu dapat tercapai dalam
persaingan, terjadilah mobilitas sosial keatas. Namun, jika dalam persaingan
itu seseorang mengalami kegagalan, dia akan mengalami kecemasan dan kekecewaan.
Pada masyarakat yang menganut sistem tertutup (kasta), kebahagiaan ataupun kekecewaan tidak begitu dirasakan karena pada
anggota masyarakat tersebut telah ditentukan status/kedudukan tertentu sejak
dia lahir.
E. Hubungan Mobilitas Sosial Dengan
Struktur Sosial
Gejala naik
turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu
terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-kinsekuensi tersebut juga
mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi itu dapat berbentuk konflik. Berikut ini
berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat akibat terjadinya
mobilitas.
1. Konflik
antarkelas
Dalam masyarakat
terdapat lapisan-lapisan sosial karena adanya ukuran-ukuran seperti kekayaan,
kekuasaan dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut “kelas
sosial”. Jika dalam mobilitas sosial terjadi perbedaan kepentingan antara
kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat, akan muncul konflik antar kelas.
Contoh, seorang anak pembantu rumah tangga memiliki sifat yang tekun.
Ketekunannya membuat dirinya berhasil menyelesaikan pendidikan S2 dan mendapat
pekerjaan yang baik. Keberhasilannya ini membuatnya memiliki kedudukan yang
terhormat di mata masyarakat. Hal itu menimbulkan rasa iri dan benci dalam diri
anak-anak majikannya.
2. Konflik
antar kelompok sosial
Di dalam
masyarakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam, misalnya kelompok
sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras.
Jika salah satu
kelompok berusaha menguasai kelompok lain, akan timbul konflik. Contohnya, ada
satu kelompok suku di Indonesia yang mampu menguasai perekonomian di
masyarakat. Hal itu menimbulkan kesenjangan sosial dan kecemburuan sosial yang
tinggi dari kelompok suku tertentu. Konflik antaretnis pun timbul karena salah
satu pihak mengalami ketidakpuasan.
3. Konflik
antargenerasi
Konflik
antargenerasi umumnya terjadi antara generasi tua yang mempertahankan
nilai-nilai lama dan generasi muda yang ingin mengadakan perubahan. Sebagai
contoh, pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia
sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh generasi tua.
Sebaliknya, generasi muda yang memiliki semangat yang tinggidan suka terhadap
perubahan menganggap generasi tua kolot, kuno, dan tidak mau mengikuti
perkembangan jaman. Masalah-masalah demikian akan menimbulkan konflik karena
generasi tua ingin tetap mempertahankan nilai-nilai lama yang masih relevan
dengan kehidupan budayanya. Dalam kondisi tersebut terjadi benturan perbedaan
kepentingan antara generasi tua dan generasi muda.
4. Penyesuaian
kembali
Pada dasarnya
setiap konflik ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang
berkonflik, jika menyadari bahwa konflikitu merugikan kelompoknya, akan timbul
penyesuaian kembali yang didasari rasa toleransi atau rasa saling menghargai.
Penyesuaian semacam itu disebut akomodasi.
Disamping
dampak negatif, mobilitas sosial juga berdampak positif, sbb:
a. Orang-orang
akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya
kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau
bersaing dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas. Sebagai contoh, jika
seseorang ingin menjadi seorang gubernur, ia harus mau bersaing dan berusaha
untuk mengalahkan calon gubernur lainnya.
b. Mobilitas
sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan masyarakat ke arah yang lebih
baik. Contohnya adalah agraris ke masyarakat industri. Perubahan akan terjadi
lebih cepat jika didukung oleh sumber daya yang berkualitas baik. Kondisi
tersebut perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar