Mobilitas Sosial


MOBILITAS SOSIAL
Adanya pelapisan sosial dalam masyarakat  menjadikan masyarakat terbagi dalam kelas-kalas sosial tertentu antara lain kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Namun, masyarakat tidaklah statis. Masyarakat selalu bergerak dan berubah. Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan, penurunan maupun pergeseran status dan peran. Dalam sosiologi, gerak sosial seperti itu disebut mobilitas sosial.
A.  Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial menurut Paul B. Horton, diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya, atau gerak gerak pindah dari strata satu ke strata lainnya. Secara nyata kehidupan dalam masyarakat tidaklah sama. Ada yang miskin, ada yang kaya, ada yang memiliki kedudukan tinggi, ada pula yang memiliki kedudukan rendah. Perbedaan tersebut mendorong manusia untuk meningkatkan taraf hidupnya agar dapat naik kestrata yang lebih tinggi, terutama bagi mereka yang berada di strata bawah. Dengan kal, manusia berusaha agar harapan dan keinginanya untuk meningkatkan status tercapai sehingga ia dapat hidup lebih baik.
Dalam dunia modern banyak orang berupaya meningkatkan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut membuat orang menjadi lebih sejahtera dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok bagi diri mereka. Jika tingkat  mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang berbeda, mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Jika tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja banyak orang akan terkungkung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.
Jika kita berbicara tentang mobilitas sosial, biasanya kita berpikir tentang perpindahan dari satu tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Sesungguhnya mobilitas sosial dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagian orang mencapai status yang lebih tinggi, dan sebagian orang lagi mengalami kegagalan atau mengalami mobilitas menurun. Ada pula orang-orang yang tetap tinggal pada status yang dimiliki oleh orang tua mereka, atau tidak mengalami mobilitas sosial.
Mobilitas sosial memiliki kaitan dengan stratifikasi sosial. Arah gerak mobilitas sosial dapat secara horizontal maupun vertikal. Gerak sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih mungkin untuk berpindah strata. Sebaliknya pada masyarakat yang sifatnya tertutup, kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.

B.  Bentuk Mobilitas Sosial
1.      Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Dalam mobilitas sosial ini, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang, misalnya peralihan kewarganegaraan atau pekerjaan. Contoh, pak ahmad pada awalnya adalah seorang guru matematika di SMK. Oleh karena merasa tidak cocok di tempat kerjanya, ia memutuskan untuk pindah menjadi guru matematika di SMA. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa pada diri pak Nano tidak ada perubahan status. Ia tetap sebagai guru pengajar matematika di sekolah yang sederajat.
2.      Mobilitas sosial Vertikal
Mobilitas sosial Vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial tertentu ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya maka terdapat dua jenis mobilitas yaitu, mobilitas sosial vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal kebawah (social sinking).
Mobilitas sosial keatas memiliki dua bentuk yang utama.
a)      Masuk dalam kedudukan yang lebih tinggi.
Hal ini ditandai dengan masuknya individu-individu yang berkedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Contoh, pak Ahmad adalah seorang guru Sosiologi di salah satu SMA. Oleh karena memiliki persyaratania diangkat menjadi kepala sekolah. Jadi pak Ahmad telah memasuki kedudukan yang lebih tinggi.
b)      Membentuk kelompok baru
Pada bentuk ini terjadi pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari pada kedudukan individu pembentuk kelompok tersebut. Contoh pembentukan dewan pembina dalam struktur organisasi yang dulunya tidak ada dalam struktur kepengurusan. Sebagai contoh, pak Ahmad adalah anggota salah satu organisasi. Dia sangat aktif. Karena keaktifannya dia dan beberapa kawannya yang sama-sama aktif diberi kehormatan oleh seluruh anggota organisasi tersebut untuk diangkat menjadi dewan pembina.

Mobilitas sosial vertikal kebawah mempunyai dua bentuk utama.
a)    Turunnya kedudukan
Pada bentuk ini, kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah. Contoh,
·         seorang pengusaha yang menggeluti bisnis perumahan tiba-tiba bangkrut. Banyak pelanggan yang tidak bisa melunasi utangnya. Kemuian pengusaha itu membuka warung kelontong dengan membeli kios di pasar inpres.
·         Seorang prajurit yang dipecat karena lari meninggalkan dinas ketentaraannya
·         Seorang karyawan salah satu perusahaan diberhentikan dengan tidak hormat karena malakukan korupsi

b)   Turunnya derajat kelompok
Pada bentuk ini, derajat sekelompok individu dan kelompok merupakan salah satu kesatuan. Contoh, penurunan derajat kelompok adalah penurunan masyarakat terhadap bangsawan, karena perubahan sistem pemerintahan dari monarki ke republik.

3.      Mobilitas Antargenerasi, Intragenerasi dan Gerak Sosial Geografis

Mobilitas sosial, selain dapat bergerak vertikal dan horizontal, juga dapat bergerak keturunan. Berikut ini kita akan mempelajari mobilitas antar generasi dan mobilitas intragenerasi, serata gerak sosial geografis.
a.       Mobilitas antargenerasi
Secara umum, mobilitas antargenerasi berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalanya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik maupun turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Sebagai contoh, Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga Sekolah Dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh itu menunjukan telah terjadi mobilitas vertikal antar generasi.
b.      Mobilitas intragenerasi
Mobilitas ini adalah peralihan status sosial yang terjadi dalam satu generasi yang sama. Mobolitas intragenerasi adalahmobilitas yang terjadi dalam satu kelompok genrasi yangsama. Contohnya adalah gerak sosial yang terjadi pada masa kemerdekaan. Kemerdekaan memberikan peluang yang besar bagi masyarakat untuk berpindah status.
Berikut ini, contoh mobilitas intragenerasi.
·         Banyak mantan pejuang kemerdekaan yang beralih profesi menjadi pengusaha.
·         Pemuda angkatan 90-an memiliki kesempatan yang luas untuk mengembngkan iptek karena hidup di tengah-tengah era globalisasi dan industrialisasi

c.       Gerak sosial geografis
Gerak sosial geografis adalah perpindahan individu ataukelompok dari satu daerah ke daerah lain, misalnya transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
Contoh gerak sosial geografis adalah sebagai berikut
·         Banyak warga masyarakat desa yang dulunya petani mengadu nasib si kota-kota besar, tetapi sekarang menjadi pedagang, sopir, dan pembantu rumah tangga
·         Banyak warga di sekitar gunung berpi pindah ke daerah pantai karena gunung itu akan meletus.

C.  Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial

Kita telah mengenal bentuk-bentuk mobilitas sosial. Pertanyaannya sekarang, apa saja faktor yang mendorong dan menghambat terjadinya mobilitas sosial?

1.    Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
a.    Perubahan Kondisi Sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya, misalnya karena masyarakat berubah pandangan menjadi lebih terbuka. Kemajuan teknologi juga dapat membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Selain itu, perubahan stratifikasi baru.
b.    Ekspansi Teritorial (Peluasan Daerah) dan Gerak Populasi
Ekspansi sosial dan perpindahan pendudukmisalnya karena perkembangan kota dan transmigrasi dapatmendorong terjadinya mobilitas sosial.
c.    Komunikasi yang bebas
Komunikasi yang terbatas antaranggota masyarakat akan menghambat mobilitas sosial. Sebaliknya, komunikasi yang bebas dan efektif akan memudarkan semua garis batas antaranggota sosial yang ada di masyarakat. Hal itu akan merangsang terjadinya mobilitas sosial.
d.   Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Pembagian kerja berhubungan dengan spesifikasi jenis pekerjaan. Spesifikasi pekerjaan menuntut keahlian khusus. Semakin spesifik pekerjaan yang ada di masyarakat, semakin sedikit pula kemungkinan individu berpindah dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain. Akibatnya semakin kecillah kemungkinan terjadi mobilitas sosial.
e.    Tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah memiliki kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi seperti itu mobilitas sosial dapat terjadi.
f.     Situasi politik
Kondisi politik suatu negara yang tidak stabil  memungkinkan banyak penduduknya yang mengungsi atau pindah sementara ke negara lain yang lebih aman. Sebagai contoh, ketika di Indonesia terjadi Reformasi, dikhawatirkan kondisi negara kacau balau. Sebagian kecil penduduk Indonesia pindah ke daerah atau negara yang dianggap aman. Contoh lainnya ketika Israel menyerang Lebanon, sebagian besar penduduk Lebanon mengungsi ke negara tetangga untuk menghindari jatuhnya korban jiwa.

2.    Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Proses perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya tidaklah mudah. Ada beberapa faktor yang penting yang justru menghambat perpindahan tersebut.
a.    Perbedaan rasial dan agama
Mobilitas sosial dapat terhambat karena faktor ras dan agama. Perbedaan ras menimbulkan perbedaan status sosial. Berikut contohnya:
·         Perbedaan tingkat ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan. Ras kulit putih berkuasa dan tidak memberi kedempatan ras berkulit hitam berada di pemerintahan sebagai penguasa. Namun, setelah politik Apharteid berakhir, Nelson Mandela dari kalangan kulit hitam menjadi presiden afrika Selatan
·         Sistem kasta di India. Sistem tersebut tidak memungkinkan seseorang yang berasal dari kasta rendah dapat naik ke kasta yang paling tinggi.
·         Dalam agama seseorang tidak dibenarkan dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak  hatinya berpindah agama untuk mencapai status tertentu.
b.    Diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka
Diskriminasi kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas keatas.  Hal itu terbukti dengan adanya pembatasan keanggotaan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, misalnya jumlah DPR dibatasi hanya 500 orang.
c.    Kelas-kelas sosial
Kelas sosial dapat menjadi subkultur tempat individu berkembang dan mengalami proses sosialisasi. Hal ini menjadi pembatas mobilitas sosial keatas. Misalnya, anak-anak dari kelas ekonomi rendah cenderung hidup dalam lingkungan, nilai dan pola pikir yang umumnya ada dalam masyarakat kelas rendah. Pengaruh sosialisasi yang kuat dari lingkungannya tersebut cenderung mengukuhkan sang anak untuk hidup dengan pola pikir masyarakat kelas rendah.
d.   Kemiskinan
Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai stastus sosial tertentu. Sebagai contoh, Ahmad memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orang tuanya tidak bisa membiayai.
e.    ‘      `
Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan untuk maju. Pria dipandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi lebih mudah mengalami gerak sosial daripada wanita. Sebagai contoh, wanita yang hidup di desa yang masih sederhana merasa bahwa perannya hanyalah sebagai ibu rumah tangga. Hal itu dipengaruhi oleh pandangan yang umum ada pada masyarakatnya.

D.  Cara Melakukan Mobilitas Sosial Dan Salurannya
1.    Cara mobilitas sosial
a.    Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikkan status secara otomatis tetapi akan merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Hal itu akan mempengaruhi peningkatan status
b.    Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosia, seseorang dapat berpindah tempat tinggal ketempat yang lebih baik, dengan fasilitas lingkungan sosial dan keamanan yang lebih baik. Sebagai contoh, awalnya seseorang tinggal di Perumnas. Kemudian pindah di perumahan Real estate. Dia menjalani suatu standar hidup tertentu yang sesuai dengan kelas san lingkungan yang baru.
c.    Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas  yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, melainkan juga pakaian, ucapan, minat dan sebagainya. Dia merasa dituntut untk mengaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
Contohnya adalah seseorang yang mengubah tingkah lakunya agar diteima dalam lingkungan kelas atas. Agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian  yang rapi dan terkesan mewah. Jika bertemu dengan kelompoknya, ia pun berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah bahasa asing.
d.   Perubahan nama
Dalam suatu masyarakat nama diidentifikasikan dengan posisi sosial tertentu. Gerak sosial ke atas dapat dilakukan denganc cara mengubah nama diri menjadi nama yang menunjukkkan posisi sosial yang lebih tinggi. Sebagai contoh, dikalangan masyarakat feodal jawa, terdapat sebutan “kang” untuk lelaki biasa. Jika lelaki itu diangkat sebagai pengawas pamong praja, sebutan “kang” berubah menjadi “raden” sesuai dengan kedudukannya yang baru.
e.    Pernikahan
Peningkatan status sosial ke tingkat yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui pernikahan. Sebagai contoh, seseorang yang berasal dari keluarga yang sangat sederhana menikah dengan orang dari kalangan keuarga terpandang dan kaya di masyarakatnya. Pernikahan itu dapat meningkatkan status orang tersebut.
f.     Bergabung (berafiliasi) dengan asosiasi tertentu
Seseorang dapat meningkatkan statusnya dengan bergabung pada salah satu organisasi tertentu. Contohnya, orang-orang yang tidak berpendidikan dapat bergabung dengan ormas-ormas tertentu. Setelah bergabung dengan ormas ia menyadari potensi dalam dirinya. Akhirnya ia diangkat menjadi ketua dalam organisasi itu dan menjadi populer di masyarakat. Dengan demikian, status sosialnya telah berubah

2.    Saluran mobilitas sosial
a.    Angkatan bersenjata
 bersenjata merupakan bentuk organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas sosial vertikal keatas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit akan mandapat penghargaan dari negara karena berjasa telah menyelamatkan negara dari pemberontakkan. Di Indonesia cukup banyak prajurit menduduki jabatan sebagai bupati, gubernur atau walikota.
b.    Lembaga-lembaga keagamaan
Seorang ulama sering dihormati, meskipun ia tidak memilii pendidikan tinggi. Demikian juga dengan pastor, pendeta dan kedudukan dalam keagamaan lainnya.
c.    Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang kongkret untuk melakukan mobilitas vertikal keatas. Bahkan lembaga pendidikan sering dianggap sebagai sosial elevator (perangkat) yang dapat mengangkat seseorang dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Contoh, seorang anak nelayan dapat mengenyam sekolah kejenjang yang tinggi. Setelah lulus ia mendapatkan ijasah. Akhirnya ia bekerja sesuai dengan keahliannya. Contoh itu menunjukkan bahwa melalui pendidikan disekolah, seseorang dapat menaikkan derajatnya dan meraih masa depan yang lebih baik.
d.   Organisasi politik
Seorang anggota partai politik yang pandai, punya dedikasi tinggi dan loyal terhadap partainya kemungkinan akan cepat mendapatkan kedudukan dala partainya. Bahkan ia berpeluang menjadi anggota DPR/MPR. Pada negara-negara yang menganut demokrasi, organisasi politik mempunyai peranan yang penting. Agar seorang dapat terpilih menjadi wakil rakyat, ia harus memiliki kepribadian yang baik. Peluang jabatan yang ada dalam organisasi politik membuat organisasi tersebut berfungsi sebagai saluran mobilitas sosial.
e.    Organisasi ekonomi
Organisasi ekonomi mempunyai peranan penting sebagai saluran gerak sosial vertikal ke atas. Ukuran yang menjadi dasar saluran gerak sosial ini biasanya berupa kekayaan. Oleh karena itu organisasi ekonomi seperti BUMN, Persero atau PT dapat menjadi saluran untuk terjadinya mobilitas vertikal keatas.
f.     Organisasi keahlian
Organisasi keahlian merupakan wadah bagi mereka yang memiliki keahlian tertentu. Melalui organisasi keahlian, orang dapat  menjadi terkenal dan menduduki lapisan atas di masyarakat lingkungannya. Contoh, organisasi keahlian ICM, IDI, Persatuan seniman, persatuan sastrawan dan ikatan ahli hukum
g.    Saluran pernikahan
Sebuah pernikahan dapat menaikkan status seseorang. Seseorang yang menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya. Konsekuensi mobilitas sosial vertikal keatas dapat berdampak positif maupun negatif. Pada masyarakat terbuka (demokrasi), mobilitas memungkinkan orang dapat mencapai jenjang yang lebih tinggi. Hal itu dapat terjadi melalui persaingan. Jika status sosial tertentu dapat tercapai dalam persaingan, terjadilah mobilitas sosial keatas. Namun, jika dalam persaingan itu seseorang mengalami kegagalan, dia akan mengalami kecemasan dan kekecewaan. Pada masyarakat yang menganut sistem tertutup (kasta), kebahagiaan ataupun  kekecewaan tidak begitu dirasakan karena pada anggota masyarakat tersebut telah ditentukan status/kedudukan tertentu sejak dia lahir.
E.  Hubungan Mobilitas Sosial Dengan Struktur Sosial
Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-kinsekuensi tersebut juga mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi itu dapat berbentuk konflik. Berikut ini berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat akibat terjadinya mobilitas.
1.    Konflik antarkelas
Dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan sosial karena adanya ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut “kelas sosial”. Jika dalam mobilitas sosial terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat, akan muncul konflik antar kelas. Contoh, seorang anak pembantu rumah tangga memiliki sifat yang tekun. Ketekunannya membuat dirinya berhasil menyelesaikan pendidikan S2 dan mendapat pekerjaan yang baik. Keberhasilannya ini membuatnya memiliki kedudukan yang terhormat di mata masyarakat. Hal itu menimbulkan rasa iri dan benci dalam diri anak-anak majikannya.
2.    Konflik antar kelompok sosial
Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam, misalnya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras.
Jika salah satu kelompok berusaha menguasai kelompok lain, akan timbul konflik. Contohnya, ada satu kelompok suku di Indonesia yang mampu menguasai perekonomian di masyarakat. Hal itu menimbulkan kesenjangan sosial dan kecemburuan sosial yang tinggi dari kelompok suku tertentu. Konflik antaretnis pun timbul karena salah satu pihak mengalami ketidakpuasan.
3.    Konflik antargenerasi
Konflik antargenerasi umumnya terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi muda yang ingin mengadakan perubahan. Sebagai contoh, pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh generasi tua. Sebaliknya, generasi muda yang memiliki semangat yang tinggidan suka terhadap perubahan menganggap generasi tua kolot, kuno, dan tidak mau mengikuti perkembangan jaman. Masalah-masalah demikian akan menimbulkan konflik karena generasi tua ingin tetap mempertahankan nilai-nilai lama yang masih relevan dengan kehidupan budayanya. Dalam kondisi tersebut terjadi benturan perbedaan kepentingan antara generasi tua dan generasi muda.
4.    Penyesuaian kembali
Pada dasarnya setiap konflik ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik, jika menyadari bahwa konflikitu merugikan kelompoknya, akan timbul penyesuaian kembali yang didasari rasa toleransi atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam itu disebut akomodasi.
Disamping dampak negatif, mobilitas sosial juga berdampak positif, sbb:
a.       Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas. Sebagai contoh, jika seseorang ingin menjadi seorang gubernur, ia harus mau bersaing dan berusaha untuk mengalahkan calon gubernur lainnya.
b.      Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Contohnya adalah agraris ke masyarakat industri. Perubahan akan terjadi lebih cepat jika didukung oleh sumber daya yang berkualitas baik. Kondisi tersebut perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar