Struktur Sosial


        A.  Struktur Sosial
1.      Pengertian Struktur Sosial
Struktur sosial berasal dari dari bahasa latin “structum” yang berarti “menyusun”, membangun untuk sebuah gedung, dan lebih umum dipakai istilah konstruksi yang berarti “kerangka”.
Dalam antropologi sosial konsep struktur sosial sering dianggap sama dengan organisasi sosial, khususnya jika dihubungkan dengan masalah kekerabatan dan kelembagaan atau hukum pada masyarakat yang masih sederhana.
a.       Definisi Struktur Sosial Berdasarkan Pendapat Para Ahli
Berikut ini adalah beberapa definisi para ahli mengenai struktur sosial.
1)      Raymond Flirt menyatakan bahwa struktur sosial merupakan suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga dimana orang banyak tersebut ambil bagian.
2)      Menurut Soerjono Soekanto (1993), bahwa organisasi berkaitan dengan pilhan dan keputusan dalam hubungan-hubungan sosial aktual. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan yang lebih fundamental yang memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin dilakukan secara organisasi. Dengan kata  lain, struktur soail diartikan sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan peranan-peranan sosial.
3)      E.R Lanch menetapkan konsep tersebut pada cita-cita tentang distribusi kekuasaan di antara individu dan kelompok sosial.
Dari definisi-definisi tersebut di atas disimpulkan bahwa struktur sosial merupakan skema penempatan nilai-nilai sosial budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi kepentingan masing-masing bagian untuk jangka waktu yang lama.
b.      Analogi Struktur Sosial
Untuk lebih mudah dalam memahami struktur sosial suatu masyarakat, dapat dengan memperhatiakan perumpamaan berikut ini.
1)      Apabila masyarakat diumpamakan sebuah bangunan, maka struktur sosial masyarakat tersebut adalah kerangka sebuah bangunan yang terdiri dari kayu, besi, dan komponen-komponen bangunan lainnya. Komponen-komponen tersebut jalin-menjalin membentuk suatu bangunan. Bangunan tersebut tidak dapat berdiri kokoh apabila salah satu atau beberapa komponen yang dibutuhkan untuk membuat bangunan tersebut tidak ada.
2)      Apabila masyarakat diumpamakan sebagai sebuah keluarga, maka struktur sosial identik dengan kedudukan, peran, dan pola interaksi antaranggota keluarga. Di mana dalam sebuah terdapat peran dan kedudukan dari masing-masing anggotanya. Seperti peran dan kedudukan seorang ayah, ibu, anak, pengurus anak, dan lain sebagainya. Setiap keluarga memiliki norma-norma yang disepakati bersama mengenai bagaimana pola hubungan dalam keluarga tersebut dijalankan, begitu pun dalam suatu masyarakat. Oleh sebab itu, struktur sosial memiliki ciri-ciri khas.

1.      Ciri-ciri Struktur Sosial
Secara umum, struktur sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.    Bersifat Abstrak
Struktur sosial bersifat abstrak, artinya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba.
b.    Terdapat Dimensi Vertikal Dan Horizontal
Struktur sosial pada dimensi vertikal adalah hierarki status sosial dengan segala peranannya sehingga menjadi satu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari struktur status yang tertinggi hingga struktur yang terendah. Contohnya, dalam sebuah desa/kelurahan terdapat struktur pemerintahan yang berisi kepala desa, carik, para kepala dusun, dan lain-lain hingga ketua-ketua RW dan ketua RT. Sedangkan pada struktur sosial yang terjadi dalam struktur sosial dimensi horizontal, seluruh masyarakat berdasarkan karakteristiknya terbagi-bagi dalam kelompok sosial yang memiliki karakteristik sama. Misalnya suku bangsa, ras, agama, serta gender.
c.    Sebagai Landasan Sebuah Proses Sosial Suatu Bangsa
Cepat lambatnya proses sosil suatu masyarakat dipengaruhi oleh bagaimana bentuk struktur sosialnya.
d.  Merupakan Bagian dari Sistem Pengaturan Tata Kelakuan dan Pola Hubungan               Masyarakat
Struktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk hubungan antarindividu di dalam masyarakat tersebut.
e.    Struktur  Sosial Selalu Berkembang dan Dapat Berubah
Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat.
     Tiga Bentuk Masyarakat Berdasarkan Ciri-ciri Struktur Sosial
Berikut adalah tiga bentuk masyarakat berdasarkan ciri-ciri struktur sosial dan budayanya seperti yang dikemukakan oleh Selo Soemardjan.
·         Masyarakat Sederhana
                         Ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat sederhana adalah sebagai berikut.
1)      Ikatan keluarga dan masyarakatnya sangat kuat.
2)      Organisasi sosial berdasarkan tradisi turun-temurun.
3)      Memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan gaib.
4)      Hukum yang berlaku tidak tertulis.
5)      Sebagian besar produksi hanya untuk keperluan keluarga sendiri atau untuk pasaran dalam skala kecil.
6)      Kegiatan ekonomi dan sosial dilakukan dengan gotong royong.
·         Masyarakat Madya
            Ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat madya adalah sebagai berikut.
1)   Ikatan keluarga masih kuat, tetapi hubungan dengan masyarakat setempat sudah mengendur.
2)   Adat-istiadat masih dihormati, tetapi mulai terbuka dengan pengaruh dari luar.
3)   Timbulnya rasionalitas dalam cara berpikir sehingga kepercayaan-kepercayaan pada kekuatan-kekuatan gaib baru timbul apabila orang mulai kehabisan akal untuk menanggulangi suatu masalah.
4)   Timbulnya lembaga-lembaga pendidikan formal sampai tingkat lanjutnya.
5)   Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
6)   Memberi kesempatan pada produksi pasar sehingga muncul diferensiasi dalam struktur masyarakat.
·         Masyarakat Modern
Ciri-ciri struktur sosial dan budaya masyarakat modern adalah sebagai berikut.
1)   Hubungan sosial didasarkan atas kepentingan pribadi.
2)   Hubungan dengan masyarakat lainnya sudah terbuka dan saling mempengaruhi.
3)   Kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sangat kuat.
4)   Terdapat stratifikasi sosial atas dasar keahlian.
5)   Tingkat pendidikan formal tinggi.
6)   Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis.
7)   Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat pembayaran lain.
2.      Unsur-unsur Sosial dalam Struktur sosial
Dari beberapa ciri yang dikemukakan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur sosial adalah suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang merupakan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok.
Adapun unsur-unsur sosial yang pokok menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut.
a.   Kelompok sosial.
b.   Kebudayaan.
c.   Lembaga sosial.
d.   Stratifikasi sosial.
e.    Kekuasaan dan wewenang.
Oleh sebab itu, struktur sosial merupakan alat bagi masyarakat untuki menyelenggarakan tata kehidupannya sehingga struktur sosial tersebut memiliki fungsi.
3.      Fungsi Struktur sosial
Beberapa fungsi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut.
a.  Sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial yang berkaitan dengan aturan-aturan yang berasal dari suatu kelompok sosial, diharapkan setiap anggota kelompok tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan-harapan kelompoknya.
b.  Sebagai pengawas sosial. Fungsi struktur sosial disini adalah sebagai pembatas agar setiap anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat tersebut.
c. Struktur sosial merupakan karakterisrik yang khas yang dimiliki suatu masyarakatsehingga dapat memberikan warna yang berbeda dari masyarakat yang lain.
A.    Bentuk-Bentuk Struktur Sosial
Bentuk struktur sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari beberapa sudut, di antaranya sebagai berikut.
1.  Dilihat dari Sifatnya
Bentuk struktur sosial suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi struktur sosial yang kaku, struktur sosial yang luwes, struktur sosial formal, dan struktur sosial informal.
a.  Struktur Sosial Kaku
Struktur sosial kaku merupakan bentuk struktur sosial yang tidak dapat dirubah atau sekurang-kurangnya masyarakat menghadapi kesulitan besar untuk melakukan perpindahan status atau kedudukannya.struktur sosial seperti ini biasanya terdapat pada masyarakat yang menganut sitem kasta.
b.  Struktur Sosial Luwes
Bentuk struktur sosial ini merupakan kebalikan dari struktur sosial kaku. Pada struktur sosial ini masyarakat bebas bergerak melakukan perubahan.
c.  Struktur sosial Formal
Merupakan suatu bentuk struktur sosial yang diakui oleh pihak yang berwenang.
d.  Struktur Sosial Informal
Merupakan kebalikan dari struktur sosial formal, yaitu struktur sosial yang nyata ada berfungsi tetapi tidak memiliki ketetapan hukum dan tidak diakui oleh pihak berwenang.
2.  Dilihat dari Identitas Keanggotaan Masyarakatnya
Bentuk struktur sosial ini dapat dibedakan menjadi struktur sosial yang homogen dan        struktur sosial yang heterogen.
a.  Struktur Sosial Homogen
Pada struktur sosial yang homogen memiliki latar belakang kesamaan identitas dari setiap anggota masyarakatnya, seperti kesamaan ras, suku bangsa, ataupun agama.
b.  Struktur Sosial yang Heterogen
Struktur sosial ini ditandai oleh keanekaragaman identitas anggota masyarakatnya. Struktur sosial yang heterogen memiliki latar belakang ras, suku, ataupun agama yang berbeda dari para anggota masyarakatnya.
3.  Dilihat dari Ketidaksamaan Sosial
Bentuk struktur sosial berdasarkan ketidaksamaan sosial adalah pengelompokkan manusia secara horizontal dan vertikal. Pengelompokkan ini bisa berdasarkan ciri fisik yang meliputi jenis kelamin, bentuk dan tinggi tubuh, warna kulit, rambut, dan sebagainya. Juga berdasarkan ciri non fisik atau ciri sosial budaya, meliputi kecerdasan, keterampilan, motivasi, minat dan bakat.



a.  Faktor-Faktor Pembentuk Ketidaksamaan Sosial
1)      Keadaan Geografis
Letak geografis suatu wilayah akan mempengaruhi iklim dan cuaca wilayah tersebut sehingga menghasilkan perbedaan mata pencaharian, corak, dan tradisi suatu masyarakat.
2)      Etnis
3)      Kemampuan atau Potensi Diri
Adanya perbedaan potensi diri dapat menghasilkan perbedaan atas dasar profesi, kekayaan, hobi, dan sebagainya.
4)      Latar Belakang Sosial
Perbedaan latar belakang sosial dapat menghasilkan perbedaan tingkat pendidikan, peranan, prestise, dan kekuasaan.
b. Bentuk-Bentuk Ketidaksamaan Sosial
Dalam sosiologi ketidaksamaan sosial dibedakan secara horizontal dan secara vertikal. Ketidaksamaan sosial secara horizontal disebut dengan istilah diferensiasi sosial, sedangkan ketidaksamaan sosial secara vertikal disebut stratifkasi sosial.
1)      Secara Horizontal
Struktur sosial dilihat secara horizontal merupakan struktur masyarakat dengan berbagai kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, dan adat istiadat yang dikenal dengan istilah difensiasi sosial. misalnya dalam masyarakat Indonesia terdapat suku bangsa Minangkabau, suku bangsa Jawa, Sunda, Dayak, dan lain-lain.
2)      Secara Vertikal
Yaitu struktur sosial yang ditandai oleh kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan pelapisan sosial, baik lapisan atas mauoun lapisan bawah yang dikenal dengan istilah stratifikasi sosial.
     c.  Bentuk-Bentuk Struktur Sosial Berdasarkan Ketidaksamaan Sosial
             berikut ini akan dibahas mengenai bentuk struktur sosial dimensi horizontal (deferensiasi sosial) dan dimensi vertikal (stratifikasi sosial).
1)   Diferensiasi Sosial
a)      Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosila adalah perbedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak menunjukkan adanya suatu tingkatan (hierarki).
b)      Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial
Dalam masyarakat dikenal beberapa bentuk deferensiasi sosial, antara lain berdasarkan perbedaan ras, suku bangsa (etnis), agama dan gender.
·         Diferensiasi Sosial Berdasarkan Ras
                        Pengelompokkan manusia berdasarkan ras merupakan pengelompokkan yang bersifat jasmaniah, berdasarkan pada ciri-ciri fisik, seperti warna kulit, rambut, serta bentuk-bentuk bagian wajah. Koentjaraningrat mendefinisikan ras sebagai suatu golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri tubuh tertentu dengan suatu frekuensi yang besar. Dengan adanya pengelompokkan berdasarkan ras, maka memunculkan politik diskriminasi ras yang dampaknya sampai sekarang. Dasar-dasar diskriminasi itu adalah bahwa ras kulit putih mempnyai keunggulan jasmani serta rohani dibandingkan ras-ras lain.
                        Mengenai klasifikasi ras terdapat banyak sistem penggolongan yang berasal dari berbagi ahli. Di bawah ini dikemukakan salah satu klasifikasi ras dari A.L Kroeber (19488), yang menggambarkan secara jelas garis besar penggolongan ras-ras terpenting di dunia serta hubungan antara satu dengan yang lain, yaitu sebagai berikut.
·         Australoid
Penduduk asli Australia
·         Mongoloid
§  Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur)
§  Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipinadan penduduk asli Taiwan)
§  American Mongoloid (penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang-orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan)
·         Caucasoid
§  Nordid (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)
§  Alpine (Eropa Tengah dan Timur)
§  Mediterranean penduduk sekitar laut Tengah, Amerika Utara, Armenia, Arab, dan Iran)
§  Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka)
·         Negroid
§  African Negroid (Benua Afrika)
§  Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina)
§  Melanesian (Irian, Melanesia)
·         Ras-Ras Khusus
Tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras di atas.
§  Bushman (di daerah Gurun Kalahari; Afrika Selatan)
§  Veddoid (di pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan)
§  Polynesian (di kepulauan Mikronesia dan Polinesia)
§  Ainu (di Pulau Karafuto dan Hokkaido Jepang Utara)
·         Diferensiasi Sosial Berdasarkan Etnis
Diferensiasi sosial berdasarkan etnis atau suku bangsa menunjukkan bahwa masyarakat terdiri atas berbagai suku bangsa dengan bahasa dan kebudayaan masing-masing.
·         Diferensiasi Sosial Berdasarkan Agama
Diferensiasi sosial berdasarkan agama terwujud dalam kenyataan sosial bahwa masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama tertentu termasuk dalam suatu komunitas atau golongan yang disebut umat.
Menurut Emile Durkheim (1976), agama adalah salah satu sistem kepercayaan beserta praktiknya, berkenaan dengan hal-hal yang sakral yang menyatukan pengikutnya dalam suatu komunitas moral. Agama berisi tentang:
a.  sesuatu yang dianggap sakral, melebihi kehidupan duniawi dan    menimbulkan rasa kekaguman dan penghormatan;
b.  sekumpulan kepercayaan tentang hal yang dianggap sakral;
c.  penegasan kepercayaan dengan melaksanakan ritual, yaitu aktivitas keagamaan; dan
d.  sekumpulan kepercayaan yang ikut dalam ritual yang sama.
Dari contoh yang terdapat dalam sejarah bisa diambil kesimpulan bahwa kepercayaan mempunyai pengaruh pada kehidupan masyarakat, dan sebaliknya, keadaan masyarakat mempengaruhi pula kepercayaan.
Sebagai salah satu dasar ikatan, agama berbeda dengan dasar ikatan lain, seperti keturunan, ras, suku, bangsa, ataupun pekerjaan. Dapat dikatakan agama merupakan bagian yang sangat mendalam dari kepribadian atau privacy seseorang, karena agama selalu bersangkutan dengan kepekaan emosional.
·         Diferensiasi Sosial Berdasakan Gender
Pada umumnya orang beranggapan istilah gender sama dengan jenis kelamin, tetapi sesungguhnya tidaklah demikian. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan akan mencakup tentang perbedaan secara seks dan perbedaan gender.
Perbedaan gender adalah cara berperilaku bagi pria dan wanita yang sudah ditentukan oleh kebudayaan atau kodratnya yang kemudian menjadi bagian dari kepribadiannya.
2)   Sratifikasi Sosial
a)   Pengertian Stratifikasi Sosial
Kata stratifikasi sosial berasal dari bahasa latin, yakni stratum yang berarti tingkatan dan socius yang berarti teman atau masyarakat. Secara harfiah stratifikasi sosial berarti tingkatan yang ada dalam masyarakat. Pendapat para ahli mengenai pengertian pelapisan sosial.
Menurut Pitirim A. Sorokin (1959), bahwa stratifikasi sosial merupakan ciri yang tetap pada setiap kelompok sosial yang teratur. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999), stratifikasi sosial berarti sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Robert M.Z Lawang, startifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa stratifiksi sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
b)  Dasar Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai. Adapun dasar atau ukuran yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota msyarakat ke dalam suatu lapisan sosial adalah sebagai berikut.
·         Ukuran kekayaan
·         Ukuran kekuasaan
·         Ukuran kehormatan
·         Ukuran ilmu pengetahuan
Keempat ukuran di atas bukanlah bersifat limitif, artinya masih ada ukuran lain yang dapat dipergunakan dalam kriteria penggolongan pelapisan sosial dalam masyarakat, namun ukuran di ataslah yang paling banyak digunakan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial.
c)  Unsur-Unsur Stratifikasi Sosialikut.
Unsur-unsur yang terdapat dalam stratisfikias sosial adalah sebagai berikut.
     (1)        Status atau kedudukan
Paul B. Horton mendefinisikan status atau kedudukan sebagai suatu posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Umunya terdapat tiga macam cara memperoleh status atau kedudukan dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.
·         Ascribed status merupakan kedudukan yang diperoleh seseorang melalui kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan diperoleh karena ia dilehirkan dari orang yang berdarah bangsawan.
·         Achieved status merupakan status atau kedudukan seseorang yang diperoleh usaha-usaha yang disengaja. Misalnya, setiap orang bisa menjadi dokter, asal dia memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang dokter.
·         Assigned status merupakan status atau kedudukan yang diberikan. Misalnya, gelar kehormatan yang diberikan kepada seseorang karena dianggap berjasa.
(2) Peranan
Dalam setiap peranan akan terdapat suatu perangkat peran (role set) yang menunjukkan bahwa dalam suatu status tidak hanya mempunyai satu peran tunggal, tetapi sejumlah peran yang berhubungan. Misalnya,             seorang anak juga seorang murid, dan ia seorang teman, seorang kketua OSIS, dan masih banyak perangkat peran lainnya yang ia sandang. Jadi, dapat dilihat bahwa setiap individu menduduki status atau kedudukan tertentu dalam masyarakat, serta menjalankan suatu peranan. Ketika seorang individu mennduduki suatu status atau kedudukan serta menjalankan sebuah peranan terkadang dihadapkan pada pertentangan yang berkaitan dengan status dan peranannya, konflik status dan konflik peranan akan timbul apabila seseorang harus memilih status mana yang harus ia pilih dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya, Ibu Tati adalah seorang ibu dan juga pengacara. Ketika anaknya sakit, ia harus memilih menjalankan peranannya sebagai seorang ibu yang harus merawat anaknya atau memilih menjalankan peranannya sebagai pembela dalam suatu sidang di pengadilan.
d)  Sifat Stratifikasi Sosial
Dilihat dari sifatnya, stratifikasi sosial dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu bersifat tertutup, bersifat terbuka, dan bersifat campuran (tertutup dan terbuka).

·         Stratifikasi Sosial Tertutup
Stratifikasi sosial tertutup membatasi kemungkinan seseorang untuk pindah dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Di dalam sistem pelapisan yang demikian satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota atau warga suatu pelapisan tertentu hanyalah melalui kelahiran.
Agar memperoleh pengertian yang jelas mengenai sitem stratifikasi sosial yang bersifat tertutup berikut ini dikemukakan ciri-ciri masyarakat india.
1)      Keanggotaannya diperoleh melalui warisan dan kelahiran sehingga seseorang secara otomatis dan dengan sendirinya memiliki kedudukan seprti yang dimiliki oleh orang tuanya.
2)      Keanggotaannya berlaku seumur hidup. Oleh karena itu, seseorang tidak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali apabila ia dikeluarkan atau dikucilkan dari kastanya.
3)      Perkawinanya bersifat endogami, artinya seseorang hanya dapat mengambil suami atau istri dari orang sekasta.
4)      Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial (kasta) lain sangat terbatas.
5)      Kesadaran dan kesatuan suatu kasta, identifikasi anggota kepada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta, dan sebagainya.
6)      Kasta terikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah ditentukan.
7)      Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
·         Stratifikasi Sosial terbuka
Pada sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk naik ke pelapisan sosial yang lebih tinggi karena kemampuan dan kecakapannya sendiri, atau turun ke pelapisan sosial yang lebih rendah bagi mereka yang tidak cakap dan tidak beruntung. Contoh pelapisan sosial terbuka terdapat pada masyarakat di negara industri maju atau masyarakat pertanian yang telah mengalami gelombang modernisasi.
·         Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran artinya ada kemungkinan di dalam suatu masyarakat terdapat unsur-unsur dari gabungan kedua sifat pelapisan sosial. Misalny, pada bidang ekonomi menggunakan pelapisan sosial yang bersifat terbuka, sedangkan pada bidang yang lain seperti penggunaan kasta bersifat tertutup.
e)  Kelas dan Golongan dalam Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial erat kaitannya dengan pembagian kelas dan golongan. Pembagian kelas dan golongan umumnya berdasarkan kriteria ekonomi, sosial, ataupun politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar